Bandung, 15 September 2025 – Rangkaian Kuliah Umum Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) 2025 di Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung berlanjut ke hari ketiga dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang keilmuan. Materi yang disampaikan menekankan pentingnya ketahanan bangsa melalui moderasi beragama, pemahaman ideologi Pancasila, serta penguatan kreativitas dan inovasi mahasiswa.
Sesi pertama dibuka dengan paparan Dr. Sena Maulana, MsT (Han), Asisten Direktur Utama Bidang Strategic Transformation Office, yang mengangkat tema Anti Terorisme dan Radikalisme. Beliau menekankan bahwa mahasiswa sebagai generasi muda perlu memiliki daya kritis sekaligus kewaspadaan terhadap ancaman ideologi transnasional yang dapat memecah persatuan bangsa. Terorisme dan radikalisme tidak hanya mengancam keamanan, tetapi juga merusak tatanan sosial serta mengikis nilai kebangsaan. Mahasiswa Itenas diajak untuk menumbuhkan kesadaran bela negara melalui sikap moderat, kritis, dan bijak dalam menerima informasi.
Selanjutnya, Dr. K.H. Abdul Wahid Maktub, Dosen President University sekaligus Staf Khusus Mendikbud Ristek periode 2015–2021, menyampaikan dua materi penting, yaitu Peran Agama dalam Pembentukan Karakter Bangsa dan Kerukunan dan Kerjasama antar Umat Beragama. Dalam paparannya, beliau menekankan bahwa agama tidak hanya menjadi sumber nilai moral, tetapi juga kekuatan dalam membentuk karakter generasi muda. Peran agama yang dijalankan dengan moderasi akan melahirkan kerukunan, toleransi, serta solidaritas antar umat beragama. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi teladan dalam menghargai perbedaan dan membangun kolaborasi di tengah keberagaman.
Sesi berikutnya menghadirkan Dr. Bali Widodo, Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan Itenas, dengan materi Peran Pancasila dalam Berbangsa dan Bernegara. Ia menguraikan Pancasila sebagai dasar negara sekaligus pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila, menurutnya, merupakan falsafah yang memberi arah dalam kehidupan berbangsa dengan tiga landasan teori kebenaran: koherensi, yaitu sila-sila yang saling terkait dan tidak terpisah; korespondensi, yakni nilai Pancasila yang sesuai dengan realitas bangsa majemuk; dan pragmatis, yaitu Pancasila sebagai pedoman praktis dalam menyelesaikan masalah bangsa. Kesatuan dari kelima sila menjadi fondasi moral yang dapat dijadikan pedoman mahasiswa, baik dalam kehidupan akademik maupun sosial.
Hari ketiga PKBN kemudian ditutup dengan materi Kreativitas, Inovasi Mahasiswa, dan Kearifan Lokal oleh Dr. Sulistyo Setiawan, M.Pd., Dosen Desain Produk Itenas. Beliau menyebut mahasiswa sebagai agen perubahan yang memiliki peran strategis untuk menerangi “Indonesia Gelap”. Ada lima persoalan yang disebut sebagai bug sistem dalam pendidikan, yakni obsesi nilai yang membuat mahasiswa terlalu fokus pada angka dan bukan proses, kurikulum yang kurang relevan dengan kebutuhan zaman, budaya belajar pasif yang menurunkan daya kritis, gengsi jurusan yang menimbulkan ketidakselarasan dengan kebutuhan industri, serta erosi karakter akibat mentalitas jalan pintas.
Menariknya, sesi Dr. Sulis dibuka dengan cara yang tidak biasa. Beliau memasuki venue dengan dibonceng moderator menggunakan motor, dan keduanya mengenakan jaket seragam ojek online. Pendekatan kreatif ini langsung mencairkan suasana sekaligus menjadi simbol bahwa inovasi bisa hadir dari hal-hal sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Solusi yang ditawarkan Dr. Sulis adalah mengembangkan kreativitas dan inovasi dengan berpijak pada kearifan lokal, sehingga mahasiswa mampu menghadirkan solusi yang kontekstual sesuai dengan tantangan bangsa.
Dengan materi-materi tersebut, hari ketiga PKBN Itenas 2025 memberikan bekal berharga bagi mahasiswa baru. Melalui pemahaman tentang bahaya radikalisme, pentingnya moderasi beragama, nilai fundamental Pancasila, hingga dorongan untuk menjadi inovator kreatif, mahasiswa diajak untuk menjadi generasi tangguh yang siap menghadapi dinamika bangsa di era global. (Humas)