Jakarta, 30 Juli 2025 — Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung kembali menunjukkan peran aktifnya dalam membangun kolaborasi internasional di bidang pendidikan tinggi, riset, dan inovasi. Kali ini, Rektor Itenas, Prof. Ir. Meilinda Nurbanasari, S.T., M.T., Ph.D., hadir sebagai narasumber dalam Scientific Forum bertema “Strengthening Global Collaboration Through Science and Technology Diplomacy” yang digelar oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.

Forum bergengsi ini dilaksanakan pada Rabu, 30 Juli 2025 bertempat di Graha Auditorium  Lantai 2 Gedung D, Kemdiktisaintek, Jakarta, dan dibuka secara resmi oleh Prof. Brian Yuliarto, selaku Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Prof. Ahmad Najib Burhani, Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, melalui sambutan pembuka.

Acara ini dihadiri oleh pemimpin akademik, ilmuwan, dan mitra internasional dari berbagai negara. Dalam panel strategis bertajuk “Valuable Experience in Strengthening the Collaboration in Science and Technology for High-Impact and Benefits”, Prof. Meilinda tampil bersama Prof. Jamaluddin Jompa, Rektor Universitas Hasanuddin; Anna Maria Arabia OAM, Chief Executive dari Australian Academy of Science; Prof. Arief Anshory Yusuf, Ketua Dewan Profesor Universitas Padjadjaran; serta Dr. Anthony Willis, Executive Director dari Australian Council of Deans of Science (ACDS). Diskusi panel ini dimoderatori oleh Dr. Berry Juliandi, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Dalam pemaparannya, Prof. Meilinda membagikan pengalaman Itenas dalam mengelola dan memperkuat kemitraan internasional di bidang sains dan teknologi melalui berbagai skema: mulai dari joint research, double degree program, hingga hibah riset multilateral. Ia memaparkan keberhasilan Itenas dalam menjalankan proyek-proyek kolaboratif berskala internasional seperti CANBREATHE, ASEAN IVO, keterlibatan dalam program Water Safety Plan yang didukung oleh Kemitraan Indonesia–Australia (KIAT), serta berbagai riset kolaboratif lain yang didukung oleh mitra nasional dan internasional.

Salah satu pencapaian penting yang juga diangkat adalah proyek riset From Waste to Green Fuel”, sebuah program pengembangan teknologi pemurnian gas dari sampah organik untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Proyek ini berhasil menghasilkan purifikasi gas dengan kandungan CH₄ (metana) >92% dan kadar H₂S <200 ppm, yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi sektor rumah tangga dan industri. Inovasi ini tidak hanya memperlihatkan kekuatan penelitian terapan di Itenas, tetapi juga menjadi bentuk nyata kontribusi kampus dalam mendukung transisi energi bersih di Indonesia.

Foro bersama para narasumber forum.

Dengan mengusung tema presentasi “Valuable Experience in Strengthening the Collaboration in Science and Technology for High-Impact and Benefits”, Prof. Meilinda menegaskan pentingnya semangat kolaborasi model N-Helix yang melibatkan sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, industri, masyarakat, dan alumni untuk menciptakan solusi nyata dan berkelanjutan.

Forum ini ditutup dengan sesi Closing Reflections yang merangkum poin-poin penting dari seluruh diskusi. Kehadiran Prof. Meilinda di forum ini tidak hanya memperkuat posisi Itenas sebagai bagian dari jejaring riset global, tetapi juga menandai kontribusi nyata dari sebuah kampus teknologi dalam memperkuat diplomasi ilmiah dan kolaborasi internasional berbasis manfaat dan dampak nyata. (MS/SW)