Bandung, 21 Oktober 2024 – Institut Teknologi Nasional Bandung (Itenas) kembali menyelenggarakan kuliah tamu yang kali ini dihadiri oleh sosok inspiratif, Ir. Chand Parwez Servia, seorang praktisi perfilman dan produser ternama dari PT. Starvision. Acara yang berlangsung di Gedung Darmawan, lantai 3, dimulai pada pukul 10.00 dan dihadiri oleh mahasiswa serta dosen dari berbagai program studi.

Kehadiran Chand Parwez yang ternyata lulusan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), memberikan wawasan yang tak hanya teoritis namun juga praktis, terutama terkait industri kreatif di era digital saat ini. Sebelum memasuki inti kuliah tamu, acara diawali dengan penyerahan cinderamata sebagai bentuk apresiasi dari pihak Itenas, diikuti dengan sesi foto bersama.

Dalam pemaparannya, Chand Parwez menekankan bahwa industri film memiliki energi besar yang dapat membentuk kebudayaan. Ia mengingatkan bahwa jika film tidak dijaga dengan baik, maka dampaknya bisa luas, termasuk pada eksibitor atau tempat pemutaran film. Menurutnya, memahami karakter penonton adalah kunci dalam memproduksi film yang mampu bertahan di pasaran. “Film bukan hanya soal hiburan, tetapi juga medium komunikasi yang kuat. Komunikasi digital saat ini sangat menentukan apa yang akan ditonton di bioskop,” ujarnya.

Suasana kelas praktisi mengajar yang dipenuhi oleh mahasiswa dari prodi DKV.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa fenomena FOMO (Fear of Missing Out) dan tren viral di media sosial sangat mempengaruhi preferensi audiens saat ini. Namun, yang viral saja tidak cukup. Produsen konten harus memahami bagaimana membuat konten yang relevan dan tahan lama. Parwez juga menyoroti pentingnya membentuk tim produksi yang solid, dari mulai proses kreatif hingga pascaproduksi.

Era digital, menurut Chand Parwez, membuka banyak peluang bagi mahasiswa untuk menghasilkan pendapatan melalui konten digital. Ia menyebutkan bahwa honor untuk konten digital bisa mencapai angka fantastis, seperti Rp700 juta. “Saat ini, buat konten bisa menghasilkan pendapatan. Saya ingin mahasiswa di sini tidak sekadar tidur, tapi berpikir untuk menciptakan konten yang dapat mendatangkan penghasilan,” katanya dengan semangat. Ia juga menekankan pentingnya manajemen waktu bagi mahasiswa. “Selama di kampus, pelajari cara mengatur waktu, tidak hanya untuk belajar, tetapi juga untuk mengejar prestasi dan menemukan passion yang kalian inginkan,” tambahnya.

Penyerahan merchandise dari Itenas yang diwakili oleh WR PIK kepada Chand Parwez Servia.

Sesi tanya jawab diwarnai pertanyaan menarik dari Rian, seorang mahasiswa yang tertarik pada videografi dan sering mengikuti perkembangan industri film. Rian menanyakan mengenai masalah ketenagakerjaan di industri perfilman yang seringkali memakan waktu kerja 18-20 jam, melebihi batas waktu normal. Chand Parwez menjawab dengan jelas bahwa jam kerja dalam perfilman terbagi menjadi dua: 12 jam untuk pekerjaan langsung dan 14 jam untuk pekerjaan yang membutuhkan persiapan lebih. “Yang lama itu bukan syutingnya, tapi waktu menunggu dan persiapan lokasi. Syutingnya sendiri seringkali jauh lebih cepat,” jelasnya. Parwez juga menambahkan bahwa meskipun waktu kerja dalam film cukup panjang, tidak semuanya melibatkan pekerjaan fisik yang intens sepanjang waktu.

Sebagai penutup, Chand Parwez mengingatkan untuk jadilah leader, bukan follower juga pentingnya portofolio bagi mahasiswa yang ingin terjun ke industri kreatif. Ia juga menekankan bahwa dalam bekerja, rasa cinta terhadap pekerjaan sangat penting agar tidak merasa terbebani. “Hidup ini terlalu berharga. Begitu banyak hal menarik di dunia yang bisa memberikan kepuasan. Pilihan ada di tangan kalian, apakah ingin menjadi follower atau leader yang membentuk tren,” pesannya.

Kuliah tamu ini diharapkan dapat memberikan bekal berharga bagi mahasiswa Itenas, khususnya di program studi Desain Komunikasi Visual, dalam menghadapi tantangan dan peluang di dunia kreatif yang terus berkembang pesat di era digital ini. (Najwa/Bhakti)