Sejarah Perjuangan Bangsa dan Kerukunan Umat Beragama – PKBN Itenas Bandung
Sabtu, 31 Oktober 2020, Mahasiswa Baru Itenas kembali mengikuti rangkaian kegiatan PKBN (Pembinaan Kesadaran Bela Negara) yang diselenggarakan oleh Itenas pada pukul 14.00-16.00 WIB menggunakan Zoom. Kegiatan PKBN ini merupakan salah satu kuliah umum yang wajib diikuti oleh seluruh peserta mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan khususnya Mahasiswa Baru Itenas angkatan 2020 seperti minggu lalu. Tema kegiatan PKBN minggu lalu yang disampaikan oleh Prof. Cecep Darmawan mengenai Sistem Pertahanan Semesta yang merupakan konsep dan operasionalisasi pertahanan negara, dalam suatu sistem yang bersifat kesemestaan yang melibatkan seluruh sumber daya nasional, baik warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan maupun sarana & prasarana, dalam menghadapi ancaman militer, non militer dan hibrida di semua bidang termasuk pentingnya peran mahasiswa sebagai penerus pembangunan bangsa dalam hal tersebut.
Sedangkan pada kesempatan kali ini narasumber yang menjadi pemateri kunci adalah Bapak Asep Kambali, S.Pd., M.I.K, dan dimoderatori oleh Bapak Alfan Ekajati Latief, S.T., M.T. Bapak Asep merupakan sejarawan dan pendiri Komunitas Historia Indonesia dan beliau akan memaparkan materi mengenai Kesadaran Sejarah sebagai Alat Pertahanan Negara. Dalam materinya beliau menyampaikan sejauh mana sejarah dipahami oleh generasi muda. Sejarah itu ibarat obor yang akan menerangi perkembangan suatu negara. Tantangan masa kini cukup berat karena masa digitalisasi mulai maju dan ada perubahan tatanan kebudayaan dalam berbangsa dan bernegara yang akan memudarkan rasa nasionalisme. Beliau juga memberikan quote yaitu kalau sejarah itu ditulis oleh mereka yang menang, maka masa depan itu diciptakan oleh kita yang berjuang. Di akhir kegiatan PKBN minggu ini, pemateri dan penyelenggara kegiatan berharap kepada para peserta sebagai generasi muda untuk lebih sadar dan peduli akan sejarah perjuangan bangsa serta kerukunan terhadap umat beragama. Menjadi diri yang milenial boleh, tapi jangan melupakan sejarah bangsa sebagai salah satu bentuk bela negara (Vibianti/ INO).