Praktikum hidrografi merupakan salah satu kegiatan lapangan yang rutin dilaksanakan setiap tahun oleh Program Studi Teknik Geodesi Institut Teknologi Nasional Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman praktis kepada mahasiswa mengenai teknik-teknik pengukuran hidrografi, khususnya cara mengoperasikan alat pemeruman. Pada hari Sabtu, 24 Mei 2025, puluhan mahasiswa Teknik Geodesi Itenas kembali melaksanakan praktikum lapangan ini di Pantai Kejawanan, Cirebon. Pemilihan Pantai Kejawanan sebagai lokasi praktikum didasari oleh karakteristik perairan dengan kondisi ombak yang relatif tenang dibandingkan pantai-pantai lainnya. Kondisi perairan yang kondusif ini memberikan keamanan bagi mahasiswa dalam melaksanakan praktikum, terutama saat melakukan pemeruman yang mengharuskan mahasiswa berada di atas perahu dalam waktu yang cukup lama.

Untuk pertama kalinya, Program Studi Teknik Geodesi Itenas berhasil menyelenggarakan praktikum Hidrografi secara mandiri setelah menerima hibah alat Single Beam Echosounder (SBES) dari PT. OseanLand Survei Indonesia. Praktikum yang dilaksanakan di Pantai Kejawanan, Cirebon, ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam mengoperasikan SBES, melakukan pengamatan pasang surut, transfer elevasi, hingga kalibrasi barcheck, serta menekankan pentingnya kerja tim dan koordinasi di lapangan.

Detail alat Single Beam Echosounder (SBES)

Kegiatan praktikum ini langsung didampingi oleh Bapak Ir. Moh. Abdul Basyid, M.T. selaku Ketua Prodi Teknik Geodesi, Bapak Dr. Henri Kuncoro, S.T., M.T. selaku Kepala Laboratorium Survei dan Pemetaan, dan Bapak Ade Ma’mun Nurussalam, S.Pd. selaku teknisi laboratorium. Praktikum dibuka dengan sambutan hangat dari perwakilan Pantai Kejawanan, disusul oleh sambutan dari Ketua Program Studi Teknik Geodesi Itenas, yang dalam sambutannya menyoroti perubahan signifikan yang dialami Pantai Kejawanan dalam setahun terakhir.

Ir. Moh. Abdul Basyid, M.T., Ketua Prodi Teknik Geodesi Itenas.

Praktikum yang dilaksanakan terbagi menjadi tiga kegiatan yang saling berkaitan, yaitu: pengamatan pasang surut, transfer elevasi, dan pemeruman. Pengamatan pasang surut dilakukan menggunakan rambu ukur yang sudah terpasang di dekat dermaga dengan interval pencatatan setiap 5 menit selama pemeruman berlangsung. Mahasiswa secara bergantian mencatat nilai pada rambu. Data pasang surut ini sangat penting karena digunakan untuk melakukan koreksi terhadap nilai kedalaman yang diperoleh dari hasil pemeruman. Selanjutnya, dilakukan transfer elevasi yang bertujuan menyelaraskan nilai elevasi darat dan laut. Pengukuran dilakukan menggunakan alat waterpass dan kemudian datanya direduksi dengan hasil bacaan pasang surut.

Mahasiswa langsung melakukan observasi di lapangan.

Kegiatan berikutnya menjadi bagian yang paling dinantikan, yaitu pemeruman menggunakan alat Single Beam Echosounder (SBES). Para mahasiswa menaiki perahu sampan dan dilibatkan secara langsung dalam proses setting alat sebelum pemeruman dilakukan. Selama proses pemeruman, mahasiswa tidak hanya bertindak sebagai pengamat, tetapi juga aktif membantu dalam navigasi, termasuk mengarahkan nahkoda agar perahu bergerak mengikuti runline atau jalur pemeruman yang telah direncanakan sebelumnya. Pengalaman ini memberikan pemahaman praktis tentang pentingnya perencanaan jalur survei serta koordinasi tim dalam pelaksanaan pemeruman.

Di tengah kegiatan pemeruman, pada kedalaman sekitar 5 meter, kapal berlabuh untuk melakukan kalibrasi barcheck. Kalibrasi ini bertujuan memvalidasi nilai kedalaman yang dihasilkan oleh transduser. Caranya adalah dengan mencelupkan barcheck—piringan baja yang terhubung dengan tali bermarkah—ke dekat transduser, dengan interval setiap satu meter sesuai tanda di tali. Melalui proses ini, mahasiswa dapat membandingkan kedalaman yang terbaca di sistem dengan kedalaman sebenarnya, sehingga dapat menilai akurasi alat dan melakukan koreksi bila diperlukan.

Antusiasme tidak hanya datang dari mahasiswa, tetapi juga dari para dosen pembimbing yang turut serta menaiki sampan dan mendampingi langsung jalannya praktikum. Kehadiran mereka menambah semangat dan motivasi bagi peserta. Setelah seluruh rangkaian kegiatan praktikum selesai, acara ditutup dengan sesi foto bersama yang melibatkan seluruh mahasiswa peserta, dosen dan teknisi pembimbing, serta Bapak Jamal selaku nahkoda yang membantu dalam pelaksanaan pemeruman. Momen ini menjadi penutup dari kegiatan yang telah berlangsung sepanjang hari. Lebih dari sekadar kegiatan akademis, praktikum ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi seluruh peserta sebagai pengalaman yang singkat namun bermakna. Melalui kegiatan ini, mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung menggunakan alat pemeruman, beradaptasi dengan kondisi lapangan yang sesungguhnya, serta belajar bekerja sama dalam tim—bekal penting bagi mereka dalam dunia profesional ke depan. (Jouristiany/AB/IS)