WETALK “Psychology of Architecture”
“Arsitektur adalah bentuk ekspresi manusia, yang menggambarkan psikologi penciptanya baik secara kolektif ataupun individu”, berikut kutipan yang disampaikan oleh Bapak Nutrian Galupamudia sebagai salah satu narasumber pada acara WETALK pada hari Kamis (27/2) kemarin.
Isu psikologi dalam dunia arsitektur merupakan hal yang sangat valid dalam merancang karena sangat berkaitan erat dengan perilaku dan kenyamanan pengguna. Hal ini yang mendasari acara tahunan jurusan arsitektur Itenas, WETALK mengangkat isu “Psychology of Architecture” sebagai judul utama. Acara bincang dan diskusi ini turut mengundang 4 narasumber dan 1 moderator yang kelimanya merupakan arsitek handal yang sudah cukup memiliki nama besar di dunia arsitektur. Narasumber itu ialah Baskoro Tedjo, Tantiklam, Artiandi Akbar, Nutrian Galupamudia dan Sarah Ginting sebagai moderator. Tidak hanya mahasiswa arsitektur Itenas, acara ini turut dihadiri oleh mahasiswa arsitektur dari berbagai perguruan tinggi di Bandung.
Keempat narasumber memberikan penjelasan bagaimana pentingnya validasi psikologi dalam dunia arsitektur berdasarkan pengalamannya masing masing. Baskoro Tedjo menjelaskan secara diagram bagaimana stimulus mempengaruhi respon dan bagaimana respon tersebut sangat mempengaruhi kemauan klien dan desain yang nantinya dipilih. Begitupun Nutrian Galupamudia yang sedikit membahas perilaku, kebiasaan dan budaya manusia di wilayah tertentu yang sangat mempengaruhi desain dan bentuk dari bangunan di tempat tersebut. Ditambah dengan Artiandi Akbar yang sedikit berbagi pengalamannya saat ia menjalani studi di UK tentang perilaku klien. Sedangkan narasumber terakhir Tantiklam lebih membahas tentang isu-isu sosial yang hubungannya sangat erat dengan desain dan bentuk arsitektur. Begitupun dengan moderator Sarah Ginting yang turut menambahkan mengenai kebiasaan, budaya dan suatu sistem di sebuah lingkungan dapat sangat mempengaruhi desain bangunan. Pada akhirnya, beliau menyimpulkan bahwa psikologi dalam arsitektur benar-benar ada dan tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut dapat kita lihat bagaimana setiap bangunan memiliki perbedaan respon dan suasana berdasarkan stimulus yang berbeda pula.
(Artikel : Puspa S.A, Foto : M. Rafi Desramahendra)