Meniti karir sebagai desainer produk di tengah dunia yang terus berubah dan penuh tantangan bukanlah hal yang mudah. Namun, bagi Febryan Tricahyo, perjalanan ini dimulai dengan keyakinan yang kuat, serta kemauan untuk terus belajar dan berinovasi. Dari bangku kuliah di Itenas hingga mendirikan perusahaan desain yang kini dikenal sebagai Conture Concrete Lab, Febryan telah membuktikan bahwa keberhasilan dalam bidang desain produk tidak hanya bergantung pada bakat, tetapi juga pada ketekunan, kreativitas, dan kemampuan untuk beradaptasi.

Febryan memilih jurusan Desain Produk di Itenas pada tahun 2008, bukan tanpa alasan. Sejak di bangku SMA, dia sudah memiliki ketertarikan pada dunia desain dan musik. Bagi Febryan, Desain Produk adalah pilihan yang tepat karena ia melihat potensi besar untuk menggabungkan kedua passion-nya ini. Desain produk, baginya, bukan hanya soal menciptakan produk, tetapi juga tentang bagaimana desain bisa mendukung karirnya sebagai seorang musisi.

Di Itenas, Febryan menemukan banyak keterampilan yang mendukung perjalanan karirnya, terutama dalam mata kuliah studio yang memberi pengalaman langsung dalam desain dan produksi. Ia menyadari betapa pentingnya riset pasar, pemilihan material, serta kemampuan untuk berkompromi dengan mitra industri dalam mewujudkan desain yang bisa diproduksi. Salah satu matakuliah yang meninggalkan kesan mendalam bagi Febryan adalah Desain Produk 4 yang diajarkan oleh Amirul Nefo. Tema tentang komunitas dalam matkul tersebut mengajarkan Febryan tentang pentingnya memahami target pasar serta bagaimana beradaptasi dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Karya Febryan Tricahyo yang memenangkan kompetisi Public Furniture di Itenas.

Setelah lulus, perjalanan karir Febryan tidak langsung mulus. Namun, semangat dan ketekunannya membuahkan hasil. Pada tahun 2010, dalam tugas kuliah Desain Produk 3, Febryan menciptakan produk yang kelak dikenal dengan nama Taman Batu di dekat Student Center Itenas. Namun, tidak berhenti sampai di sana, Febryan melihat peluang besar untuk mengembangkan produk tersebut menjadi sebuah bisnis. Pada tahun 2013, ia berhasil memenangkan kompetisi Public Furniture di Itenas, yang memberinya kesempatan untuk memproduksi massal produk tersebut di seluruh kampus.

Dari pengalaman tersebut, Febryan memutuskan untuk mendirikan Conture Concrete Lab, sebuah studio desain yang fokus pada penggunaan material beton dalam produk desain. Keputusan ini didorong oleh keyakinannya bahwa ada peluang bisnis yang belum banyak digarap, yaitu desain dengan beton yang memiliki karakteristik unik. Dalam prosesnya, meski awalnya sulit meyakinkan konsumen akan kualitas produk, Febryan dan timnya berhasil membangun identitas yang kuat dan memfokuskan diri pada pasar yang spesifik, yakni para arsitek yang sudah familiar dengan beton sebagai material design.

Tantangan terbesar yang dihadapi Febryan dalam membangun Conture Concrete Lab adalah membangun reputasi di pasar yang masih belum banyak mengenal produk beton sebagai material design. Namun, dengan strategi yang tepat, mereka berhasil menciptakan karya yang memenuhi standar internasional. Keyakinan mereka untuk bersaing dalam kompetisi desain global memberikan dampak besar dalam membangun kredibilitas.

Sebagai desainer, Febryan memahami pentingnya untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Ia terus melakukan riset dan pengembangan (R&D) untuk memperdalam pemahaman tentang material dan desain, serta menjaga relevansi di pasar. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengikuti short course di Concrete Design School di Arkansas dan Tennessee, USA, pada tahun 2018, untuk memperluas wawasan tentang desain beton.

Specimen Lab, salah satu produk dari Conture Concrete Lab.

Sebagai founder Conture Concrete Lab, Febryan memiliki visi yang jauh ke depan untuk tidak hanya menciptakan produk, tetapi juga berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan generasi berikutnya. Salah satu impian besarnya adalah untuk menyediakan ruang belajar berupa concrete course yang akan membantu para desainer muda mempelajari lebih dalam tentang desain produk beton dan bagaimana mengembangkan bisnis di bidang ini.

Bagi mahasiswa atau lulusan baru yang ingin berkarier di bidang desain produk atau bahkan mendirikan perusahaan sendiri, Febryan menekankan pentingnya berjejaring dan membangun branding diri sebagai desainer. “Jangan hanya fokus pada desain, tetapi juga pada kalkulasi angka dan strategi bisnis yang masuk akal. Menjadi desainer juga berarti membangun branding diri yang kuat. Selain itu, berjejaring dan menjalin hubungan dengan orang lain akan membuka peluang baru yang mungkin tidak terduga,” jelas Febryan.

Untuk menjaga semangat dan komitmen dalam berinovasi, Febryan percaya bahwa keseimbangan antara kecukupan ekonomi dan kesenangan dalam pekerjaan adalah kunci. “Kesenangan tiap orang bisa berbeda, bagi saya, kesempatan untuk belajar dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia memberi saya energi dan inspirasi untuk terus berinovasi,” ujar Febryan.

Dalam dunia kerja dan bisnis, tantangan akan selalu ada. Bagi mahasiswa yang akan memasuki dunia kerja atau membangun usaha sendiri, Febryan memberikan pesan penting: “Carilah mentor yang tepat untuk perkembangan karirmu, dan jangan ragu untuk bertumbuh dengan berkunjung ke lokasi baru atau menghadapi tantangan baru yang akan membuatmu lebih baik.”

Dengan ketekunan, kreativitas, dan kemauan untuk terus belajar, perjalanan Febryan Tricahyo menjadi bukti nyata bahwa kesuksesan dalam dunia desain bukan hanya soal bakat, tetapi juga tentang bagaimana kita memanfaatkan peluang dan beradaptasi dengan perubahan yang ada.Kisah Febryan Tricahyo ini memberikan inspirasi bahwa setiap langkah kecil menuju impian bisa menjadi pintu menuju kesuksesan besar. Seperti yang telah dibuktikan dengan Conture Concrete Lab, kadang-kadang, tantangan terbesar justru menjadi peluang terbesar untuk berkembang dan berinovasi. (NK)