Arina Ephipania, alumnus Desain Interior Itenas tahun 1995, adalah vokalis band Mocca yang telah mengukir namanya di industri musik Indonesia. Kisahnya adalah sebuah perjalanan menakjubkan dari bangku kuliah hingga panggung musik, yang mengajarkan kita bahwa mengikuti kata hati dapat membuka jalan menuju kesuksesan.
Awalnya, Arina memilih jurusan yang berfokus pada menggambar karena ketertarikan mendalamnya terhadap seni, meskipun nilai akademis terbaiknya berada di Bahasa Inggris dan Kesenian. Meskipun kedua kakaknya berkuliah di Arsitektur, ia merasa tidak cocok dan mencoba Seni Rupa. Setelah gagal di kampus lainnya, Arina menemukan panggilannya di Itenas, tempat di mana ia merasa dapat mengekspresikan diri secara penuh.
Masa kuliah di Itenas memberikan Arina pengalaman yang berkesan. “Kalau banyak orang bilang masa SMA adalah masa paling indah, bagi saya, masa kuliah di Itenas lah yang paling berkesan. Di sini, saya menemukan teman-teman yang ‘sefrekuensi’ dan unik—sesuatu yang tidak saya dapatkan di SMA,” ujarnya. Setelah menemukan passion di Desain Interior, Arina merasakan kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Nilai akademisnya pun meningkat, tanpa tekanan. Mata kuliah favoritnya, Nirmana 3D, dan dosen eksentriknya, Pak Bambang, memberikan pengalaman berharga yang tak terlupakan.
Meskipun tidak terlibat dalam proyek-proyek besar, Arina mengenang momen ketika ia membuat kursi skala 1:1. “Pengalaman itu sangat menarik karena saya bisa mencoba workshop, bertemu banyak orang, dan bekerja dalam tim. Kepuasan luar biasa saat karya saya akhirnya jadi adalah hal yang tak ternilai.” Selain itu, kuliah di Itenas juga membuka kesempatan bagi Arina untuk berkolaborasi dengan teman-teman yang memiliki minat dalam musik, memperkaya perjalanan kuliahnya.
Menurut Arina, kurikulum Desain Interior di Itenas membentuk cara berpikirnya sebagai desainer. “Kami ditantang untuk membuat banyak alternatif dan menjelajahi berbagai kemungkinan,” jelasnya. Prinsip desain yang terstruktur dan jelas ini kemudian diterapkannya dalam karier musiknya, di mana mereka merancang musik dengan konsep visual sebelum diolah menjadi lagu.
Pendidikan Desain Interior sangat berperan dalam karier Arina sebagai musisi. Ia beruntung membentuk band Mocca yang anggotanya terdiri dari teman-teman sejurusan. Kolaborasi mereka menghasilkan perpaduan konsep visual dan musikal yang unik, memberi warna baru pada karya-karya mereka. Arina mulai menyadari bahwa musik adalah panggilannya saat menghadapi tantangan di tahun keempat kuliah, di mana ia mempertanyakan kemampuannya dalam mata kuliah Desain Interior 4 dan 5. Setelah lulus, ia merenungkan langkah ke depan; awalnya ingin refreshing, tetapi kecintaannya pada musik perlahan tumbuh menjadi karier serius.
Bersama Mocca, semua personel berasal dari jurusan Desain. Saat menggarap album “Home,” mereka merancang CD cover berbentuk rumah, totalitas dalam memvisualisasikan konsep tersebut. Arina tidak menghadapi tantangan saat beralih ke dunia musik; bahkan, setelah diwisuda, ia langsung manggung bersama Mocca. Ironisnya, 18 tahun kemudian, ia kembali ke dunia desain saat membangun rumahnya sendiri.
Sebagai vokalis Mocca, pencapaian terbesar Arina adalah menggelar konser tunggal perdana di Korea Selatan. Ia menyadari bahwa pendidikan Desain di Itenas berperan besar dalam pencapaian tersebut. “Di Itenas, saya merasa bebas untuk berkarya dan yakin bisa mewujudkan segala ide, meski dengan keterbatasan sarana saat itu,” tambahnya.
Sosok yang menginspirasi Arina selama kuliah adalah arsitek fenomenal Frank Lloyd Wright, yang karyanya sangat memengaruhi cara berpikirnya dalam desain. Untuk karier musiknya, Jim Henson, kreator “The Muppet Show,” menjadi panutan yang menginspirasi. Arina berbagi pesan kepada mahasiswa dan alumni Itenas: “Bersemangatlah dan yakinlah kalian berada di jalur yang tepat. Nikmati perjalanan selama di Itenas, karena teman-teman kuliah akan menjadi teman seumur hidup. Jangan pusing soal uang—yang terpenting, apakah kalian senang dengan apa yang dijalani?”
—