Prof. Meilinda Nurbanasari, Ir.., MT., Ph.D Dilantik Sebagai Rektor Perempuan Pertama di Itenas Bandung

Pada hari Kamis, 30 Januari 2020, Yayasan Pendidikan Dayang Sumbi resmi melantik Prof. Meilinda Nurbanasari, Ir., MT., Ph.D.sebagai rektor Institut Teknologi Nasional periode 2020-2025 menggantikan Dr. Imam Aschuri, Ir., MT yang sebelumnya telah menjabat selama dua periode (2012-2016 dan 2016-2020). Acara ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI Prof. Dr. Bondan T. Sofyan, M.Si., bersama Kasubdit Lingkungan Pekerjaan Direktorat Bela Negara Kol. Kav. Tjetjep Darmawan, Tenaga Pengajar LEMHANAS Bidang Hubungan Internasional Mayjen TNI Asrobudi, SIP, M.Si., Prof. Dr. Istvan Farkas dari Szent Istvan University Hungaria, Prof. Dr. Rizalman Mamat dari Universiti Malaysia Pahang, perwakilan dari Direktur Reserse Narkoba Polda Jabar, perwakilan dari BAPPEDA Jawa Barat dan Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat, Prof. Dr. Rochim Suratman dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Ketua Ikatan Alumni Itenas dan Ikatan Alumni Teknik Mesin Itenas, serta para rektor-rektor perguruan tinggi lainnya yang juga turut hadir.

Dalam acara ini, Dr. Iwan Inrawan Wiratmaja, Ir. selaku Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Dayang Sumbi membuka acara pelantikan dengan memberikan laporan kemajuan capaian akreditasi Itenas serta kinerja dari penelitian dan kerja sama yang dihasilkan selama periode 2016-2020. Selain itu, beliau juga membahas apa saja hal-hal yang perlu ditingkatkan dan disempurnakan dari Itenas. Kemudian, Dr. Imam Aschuri, Ir., MT juga memberikan sambutan di akhir masa jabatannya sebagai rektor Itenas. Selain memaparkan tentang capaian yang diraih selama masa jabatannya, beliau juga menitipkan amanah pengelolaan Itenas kepada rektor berikutnya. Bahwa dunia pendidikan tinggi membutuhkan kearifan dan pendekatan yang humanis karena yang dikelola oleh institusi pendidikan adalah manusia, juga tantangan kedepan yang akan semakin berat, cepat dan dinamis.

Pelantikan ini menjadikan Prof. Meilinda sebagai Rektor perempuan pertama yang menjabat sejak Itenas berdiri sebagai sebuah Institut Teknologi tahun 1972. Menempuh pendidikan S1 di Teknik Metalurgi Universitas Indonesia, wanita berusia 51 tahun ini sempat menempuh pendidikan magister Ilmu dan Teknik Bahan di Institut Teknologi Bandung, kemudian melanjutkan studi doktoralnya di The University of Sheffield, Inggris. Penelitian yang menjadi fokus kajiannya adalah mengenai perlakuan panas pada baja dan analisa kegagalan material. Aktif berkecimpung dalam dunia penelitian, sejak tahun 2013 Meilinda telah menghasilkan 14 artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi dan juga memperoleh hibah penelitian dari Ristekdikti pada tahun 2019 dan 2020. Beliau juga berperan sebagai reviewerjurnal internasional, kemudian sebagai editor in chief jurnal Teknoin LLDIKTI-IV, beliau juga merupakan editorial member of international journal of metallic material research sepanjang tahun 2018-2019, dan menjadi tenaga ahli/konsultan pada LAPI ITB sejak 2013.

Sebagai dosen tetap di Program Studi Teknik Mesin Itenas sejak tahun 1994, Prof. Meilinda memiliki jabatan akademik sebagai Guru Besar dalam bidang material teknik. Pada masa jabatan rektor sebelumnya, Prof. Meilinda menjabat sebagai wakil rektor I bidang akademik dan kemahasiswaan periode 2016 hingga 2020. Pada akhir masa jabatannya, beliau mencalonkan diri sebagai rektor dan pada akhir bulan Desember 2019 berhasil terpilih dari 4 bakal calon lainnya. Prof. Meilinda dikenal di antara rekan-rekannya sebagai wanita tangguh yang memiliki disiplin tinggi. Beliau percaya bahwa kesuksesan selalu berawal dari diri sendiri dan bergantung pada usaha yang dijalankan.

Pada sambutannya sebagai rektor yang baru saja dilantik, Prof. Meilinda menyampaikan bahwa perguruan tinggi kini dihadapkan pada kebijakan-kebijakan baru yang diharapkan akan mendorong proses pembelajaran yang semakin otonom dan fleksibel sehingga akan tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing perguruan tinggi. Oleh karena itu, Itenas harus bekerja keras agar menjadi perguruan tinggi yang adaptif, produktif, inovatif, dan kompetitif. Tentunya konsep Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. juga dibahas dalam kaitannya dengan kesiapan Itenas menghadapi segala kebaruan dan perubahan. Terobosan kebijakan Merdeka Belajar sangat membawa angin segar dalam perubahan kampus yang jauh lebih otonom dimana mahasiswa adalah penerima manfaat utama dari empat inisiatif perubahan tersebut. [Della & Maugina/INO Itenas]