Institut Teknologi Nasional Bandung (Itenas) terpilih oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) untuk mengembangkan serta menerapkan water safety plan (WSP) dalam rangka peningkatan pelayanan air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia.
Kepala LPPM Itenas Bandung, Iwan Juwana, Ph.D., menuturkan awal mula Itenas Bandung terpilih oleh WHO untuk terlibat pada kegiatan ini.
“Awalnya ada proses pada tahun 2020, WHO mengumumkan Request for Proposal (RFP) untuk peningkatan pelayanan PDAM di Indonesia. Di Prodi Teknik Lingkungan, kami merasa punya background dan sumber daya yang ada, dikoordinir oleh Ibu Rachma (Rachmawati Sdj., Ph.D.) kemudian menyusun proposal dan mengikuti penawaran tersebut”, tuturnya.
Iwan menambahkan bahwa Itenas Bandung bersaing dengan pihak-pihak lain dalam RFP tersebut.
“Kami tidak mengetahui saingan kami siapa saja, tetapi Alhamdulillah kami lolos seluruh tahapan dan akhirnya Itenas Bandung dipilih oleh WHO untuk mengerjakan kegiatan ini”, ungkapnya.
Tim Itenas Bandung dalam pengerjaan kegiatan ini beranggotakan dosen-dosen dari Prodi Teknik Lingkungan yang diketuai oleh Rachmawati Sugihhartati Djembarmanah, Ir., M.Env.Stud., Ph.D. dengan dukungan penuh dari Iwan Juwana, S.T.,M.EM., Ph.D., Dr. Eng. Didin Agustian Permadi, Dr. Eng. Mokhamad Candra Nugraha Deni, Mila Dirgawati, S.T., M.T., Ph.D., dan Dr. Moh. Rangga Sururi, S.T., M.T.
Iwan mengatakan bahwa kegiatan ini terdiri dari training dan pendampingan. Pada awal kegiatan tim dosen tersebut memberikan training selama lima hari penuh yang mengundang PDAM di seluruh Indonesia. Selanjutnya usai training tim Itenas ini juga melakukan pendampingan lanjutan kepada beberapa PDAM terpilih.
“Pendampingan lanjutan ini sifatnya intensif, jadi tidak bisa seluruh PDAM diberikan pendampingan, hanya beberapa PDAM saja”, tutur Iwan.
Itenas ditunjuk untuk mendampingi 5 PDAM yang terpilih di Indonesia, yaitu PDAM Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten Sukabumi, Kota Cirebon, dan Kabupaten Indramayu.
Iwan menambahkan lagi bahwa tidak hanya dosen yang terlibat dalam training dan pendampingan ini, tetapi juga melibatkan mahasiswa dan alumni Prodi Teknik Lingkungan.
Menurut Iwan dengan melibatkan mahasiswa dan alumni berarti juga membantu kesuksesan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Pendampingan ini dilakukan selama empat bulan yang dimulai sejak akhir bulan Juni 2021.
Iwan kemudian menjelaskan bagaimana tim dosen, mahasiswa, dan alumni Prodi Teknik Lingkungan Itenas melakukan pendampingan.
“Tim dosen tersebut rutin datang ke PDAM yang terpilih untuk melakukan pendampingan, dimana terdapat satu perwakilan tim yang ditempatkan di lokasi PDAM terpilih selama empat bulan penuh” jelas Iwan.
Iwan menambahkan bahwa tujuan pendampingan tersebut untuk menyusun suatu dokumen yaitu RPAM (Rencana Pengamanan Air Minum). Dokumen ini diadopsi dari dokumen internasional dari WHO yaitu Water Safety Plan (WSP). Dengan WSP atau RPAM ini nantinya PDAM diharapkan memberikan air minum yang layak untuk masyarakat. Dari sisi kuantitas harus baik dapat mengalirkan setiap 24 jam, juga terutama kualitas sampai ke masyarakat layak dan aman untuk diminum.
Iwan menambahkan bahwa dalam empat bulan pendampingan yang dilakukan adalah pendampingan dalam penyusunan dokumen serta implementasi di lapangan. Tidak cukup hanya membuat dokumen tapi juga langsung diterapkan.
“Kami bantu juga PDAM membuat dokumen dan langsung diterapkan di sistem mereka. Alhamdulillah saat ini kegiatan sudah mendekati selesai”, ujar Iwan.
Di lapangan, Itenas melalui timnya tersebut membantu PDAM dari hulu sampai hilir. Pengecekan di lapangan dari mulai sistem sumber atau intake, pengolahan atau Water Treatment Plant (WTP) dan distribusi di pelanggan.
Hal ini juga meliputi penentuan dan pengecekan sumber air, cara mengambil air dari sumbernya, kuantitas, kebersihannya, sumber pencemar, konstruksi bangunan di sumber air tersebut. Termasuk juga di dalamnya sistem transmisi, bagaimana air dialirkan dari sumber ke pengolahan airnya, kemungkinan kebocoran, dan perawatannya.
Sistem pengolahan air water treatment plant tergantung dari air baku yang diambil, jika bagus, maka tidak banyak pengolahan, tapi jika kurang bagus maka pengolahannya cukup banyak, karena unit-unitnya banyak.
Kemudian dari water treatment plant ke konsumen ada juga sistem distribusi. Dalam tahapan ini, pipa-pipa distribusi dicek kondisinya untuk memastikan keamanan air yang akan didistribusikan.
“Dalam kegiatan ini tiap PDAM dikunjungi juga oleh Kementerian PUPR untuk melihat perkembangan PDAM. Dari mulai awal sebelum training, sebelum pendampingan, dan setelah pendampingan, hasilnya alhamdulillah mereka puas dengan apa yg kami lakukan”, ucap Iwan
“Alhamdulillah PDAM sangat terbantu dengan apa yang dilakukan tim dosen Itenas ini”, tegas Iwan.
Iwan juga menyampaikan beberapa harapannya bahwa timnya sangat ingin membantu PDAM se-Indonesia.
“Dengan membantu PDAM berarti kita juga membantu masyarakat Indonesia. Masyarakat bisa jadi lebih sehat dengan adanya air yang lebih layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat”, harap Iwan. Taufik/Fitri/BKHP