Pada tanggal 8-10 Oktober 2024, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung ikut berpartisipasi dalam acara Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia (KMDGI) XV yang diselenggarakan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dengan tema “Siap!?”, KMDGI XV mengangkat tantangan disrupsi yang dihadapi di era digital. Tema ini menantang peserta untuk memikirkan kesiapan mereka dalam menghadapi perubahan cepat yang mengubah cara kita beraktivitas dan berinteraksi.
Delegasi Itenas mengusung pendekatan yang unik dalam menyikapi tema “Siap!?” dengan mengangkat fenomena disrupsi yang terjadi melalui penggunaan dating apps. Aplikasi kencan online menjadi salah satu contoh nyata dari bagaimana teknologi digital mengubah esensi dan pandangan manusia terhadap hubungan sosial, termasuk pencarian cinta. Berdasarkan data Populix yang dirilis pada Februari 2024, mayoritas pengguna dating apps di Indonesia berasal dari kalangan milenial dan Gen Z, dengan sebagian besar berada di Pulau Jawa. Aplikasi ini digunakan dengan beragam tujuan, dari mencari teman bicara hingga hanya untuk bersenang-senang.
Namun, popularitas dating apps menghadirkan tantangan baru. Fenomena ini mengarah pada komodifikasi hubungan, di mana kemudahan mencari pasangan secara instan memungkinkan seseorang untuk dengan mudah memilih dan mengganti pasangan, seperti memilih produk di toko serba ada.
Delegasi Itenas mempersembahkan sebuah konsep inovatif bertajuk “Instant Soulmate, At A Price”. Konsep ini menggambarkan bagaimana dating apps menawarkan kemudahan instan dalam mencari pasangan, namun dibalik kemudahan itu terdapat “harga” yang harus dibayar. “Harga” ini bukan hanya biaya literal yang dikeluarkan untuk menggunakan aplikasi, tetapi juga merujuk pada dampak atau konsekuensi sosial dan emosional dari penggunaan teknologi tersebut.
Untuk menggambarkan ide ini, mereka menciptakan toko fiktif bernama “Toserbabe”, yang memadukan kata “toserba” (toko serba ada) dengan “babe”, simbolisasi pasangan yang mudah didapatkan. Seperti produk di toko serba ada, pasangan di Toserbabe bisa dengan mudah “dipilih” dan “dibuang” ketika tidak sesuai dengan ekspektasi. Konsep ini mengkritisi bagaimana teknologi mereduksi hubungan manusia menjadi transaksi yang bersifat instan dan cepat, tanpa mempertimbangkan makna mendalam dari sebuah relasi.
Melalui Toserbabe, delegasi Itenas ingin meningkatkan kesadaran tentang dampak komersialisasi hubungan di era digital. Fitur-fitur dating apps yang dimaksudkan untuk mempermudah hubungan justru seringkali mengubah cara manusia memandang cinta dan relasi. Delegasi ini berharap agar audiens lebih kritis dan bijak dalam menggunakan aplikasi tersebut serta lebih memahami dampaknya terhadap interaksi sosial mereka.
Ini bukan kali pertama Itenas berpartisipasi dalam KMDGI. Sebelumnya, pada tahun 2019, Fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV) Itenas turut berpartisipasi dalam KMDGI XIII di Universitas Negeri Padang. Sejak pertama kali diadakan pada tahun 1993, KMDGI telah menjadi platform utama bagi mahasiswa desain grafis Indonesia untuk berkumpul, berkolaborasi, dan berbagi ide kreatif. Acara ini menyatukan mahasiswa dari berbagai universitas untuk berdiskusi, memamerkan karya, mengikuti workshop, seminar, dan pentas seni, sehingga memberikan ruang bagi inovasi yang relevan dengan isu-isu zaman.
Setiap dua tahun sekali, KMDGI selalu hadir dengan tema besar yang mengarahkan peserta untuk menciptakan karya yang tidak hanya inovatif, tetapi juga berkaitan dengan tantangan modern, seperti disrupsi digital yang diangkat pada tahun ini.
Dengan tema “Siap!?”, KMDGI XV mengajak peserta untuk berefleksi: apakah kita benar-benar siap menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh disrupsi digital? Fenomena dating apps yang diangkat delegasi Itenas hanyalah salah satu contoh dari banyak perubahan besar yang mempengaruhi cara kita hidup di era modern. Adaptasi kreatif dan kesadaran akan konsekuensi dari inovasi digital menjadi kunci bagi mahasiswa untuk tetap relevan dan sukses di masa depan.
Delegasi Itenas berharap, melalui Toserbabe, lebih banyak orang yang terinspirasi untuk berpikir lebih dalam mengenai bagaimana teknologi mengubah cara kita berinteraksi dan menjalani kehidupan sehari-hari, serta bagaimana kita bisa menghadapi perubahan tersebut dengan lebih bijak dan kreatif. (NK/NS)